Dua Gurandil di Gelandang Satreskrim Polres Bogor.
Bencana alam yang tejadi begitu dahsyat, pada awal tahun 2020. Hingga meluluh lantakkan sebagian daerah Bogor Barat, Cigudeg dan Jasinga, hal ini teridentifikasi oleh kementrian Lingkungan Hidup, Alam mulai menunjukan reaksinya karna kelestariannya, saat ini dirusak. Sebagian oknum yang tidak bertanggungjawab, hingga Banjir bandang dan Longsor, Selain hanya faktor jebolnya, Tanggul ada campur tangan oknum masyarakat itu sendiri yang tidak bertanggungjawab dan tidak peduli dengan dampak yang akan terjadi .
Satuan Reskrim Polres Bogor yang menyelidiki penyebab bencana alam tersebut, menemukan analisa adanya faktor pertambangan ilegal, baik itu di Cigudeg, Jasinga, Sukajaya maupun Nanggung, sebagai salah satu penyebab bencana.
Hasil penyelidikan, sebanyak dua orang pelaku tindak pidana pertambangan ilegal atau yang akrab disapa gurandil ditangkap oleh Sat Reskrim Polres Bogor
Kedua orang pelaku dengan inisial MAR (24) dan ATA (33), warga asal Desa Banyu Resmi, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. Mereka ditangkap saat sedang beroperasi di lubang galian emas liar.
Kapolres Bogor, AKBP Muhammad Joni menjelaskan salah satu faktor penyebab bencana alam yang terjadi di wilayah Sukajaya dan sekitarnya itu karena adanya aktivitas penambangan liar. “Pada momen ini, kami berhasil mengungkap kasus penambangan Emas liar atau yang biasa disebut gurandil,” ujar Joni di Bogor, Senin (13/1/2020).
Temuan pihak kepolisian ini selaras pula dengan penciuman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebelumnya. Menteri LHK Siti Nurbaya menyatakan salah satu penyebab bencana banjir bandang dan longsor di wilayah Bogor Barat, adalah kerusakan hutan akibat perambahan hutan ilegal dan penambangan liar.
"Tim penegakan hukum dari Kementerian LHK sedang turun ke lokasi untuk melakukan investigasi," kata Siti Nurbaya, ketika mengunjungi Kebun bibit di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, akhir pekan lalu.
Siti Nurbaya mengatakan hal itu menjawab pertanyaan wartawan yang menanyakan apa penyebab banjir dan longsor yang terjadi wilayah Bogor Barat, yang meliputi Kecamatan Sukajaya, Cigudeg, Jasinga, dan Nanggung, serta langkah-langkah apa untuk mengatasi bencana tersebut.
Menurut Siti Nurbaya, penyebab banjir dan longsor di di kawasan Halimun-Salak, Bogor, dengan penyebab banjir di Jakarta, itu berbeda.
Siti Nurbaya menjelaskan, di kawasan hutan lindung Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS), luasnya sekitar 87.000 hektar. "Dari luas hutan lindung tersebut, ada sekitar 15.000 hektar yang saat ini sudah terbuka, akibat perambahan hutan ilegal dan penambangan liar," katanya.
Menurut Siti Nurbaya, tim penegakan hukum dari Kementerian LHK sedang turun ke lokasi terdampak bencana, melakukan investigasi. Kementerian LHK juga telah memanggil dan beberapa orang terkait kerusakan hutan di kawasan TNGHS.
Ketika ditanya, bagaimana Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengatasi bencana banjir dan longsor di hulu sungai di Bogor itu, Siti Nurbaya menjelaskan beberapa langkah-langkahnya.
Pertama, adalah penanaman kembali kawasan hutan yang rusak dan terbuka. Kedua, melakukan rehabilitasi hutan dan lahan. "Langkah lainnya, melakukan penegakan hukum terhadap pelaku perusakan hutan."
Bencana tanah longsor yang terjadi di Kecamatan Sukajaya, Cigudeg, Jasinga, dan Nanggung, pada 1 Januari lalu akibat longsor di tiga gunung yakni Gunung Handarusa, Gunung Batu, dan Gunung Cabe.(pRed)