Belanja di Agen E-Warong Lebih Mahal Dibandingkan Belanja Diwarung Biasa


BOGOR, INFO REALITA- Artikel yang bejudul diatas sesuai yang diungkapkan salah satu warga desa Semplak Barat ( saudara Iwan) kepada kami (awak media) Info realita, menurutnya, "kenapa KPM desa Semplak Barat, banyak yang belanja keluar wilayah meskipun pihak Pemdes sudah menghimbau KPM untuk belanja di agen e-warong terdekat, namun menurut Iwan KPM lebih memilih belanja di agen lain, karena beberapa KPM mengatakan alasanya karena, volume Komoditi BPNT yang disalurkan agen Santi cenderung merugikan (KPM) Keluarga Penerima Manfaat, katanya . 

Lebih lanjut ia mengatakan," Ini saya amati pasca penyaluran pada tanggal 25 Oktober 2021 Komditas yang disalurkan seperti beras 10 Kg, telor 20 butir, buah fir tiga biji, kentang 8,5 ons, kacang hijau 1/2 kg dan secara kasad mata jauh dari penyesuaian harga warung terdekat atau yang ada di sekitar wilayah desa Semplak Barat, Kecamatan Kemang dan jika di rupiahkan dengan dasar perbandingan harga warung biasa hanya diangka kurang lebih Rp.160.250, padahal di bulan Oktober 2021. salah satunya harga telor perkilo gram berkisar di harga Rp 17 000 sampai dengan Rp 18 000.

Dalam hal ini saya berharap dan memohon TKSK/pendamping bantuan sosial pangan dapat menjalankan tupoksinya, untuk disampaikan ke-publik supaya masyarakat faham dan tidak mengundang kesan dugaan pembiaran alias tidak melindungi haknya KPM.

Selain itu Iwan juga berharap" kepada Pemerintah Semplak Barat. Sebagai Pemerintah, segera melakukan pembinaan, atau evaluasi, dalam kontek BPNT tentunya harus turut serta mengawasi, karena masyarakat juga berhak mengawasi program Pemerintah ini. 

Selain itu menurut informasi yang saya Dengar aneh, kenapa jadi pihak Pemdes yang terkesan uring-uringan ketika warganya belanja keluar wilayah, harusnya Introspeksi kenapa warga saya belanja keluar, ada apa ini apa penyebabnya", tegas Iwan 

Disisi lain salah satu agen desa Semplak Barat, merasa aneh akan hak marginnya (keuntungan) sebagai agen, meski enggan menyebutkan nama iya mengungkapkan, " selesai penyaluran saya diminta untuk menyetor melalui transfers ke-no rekening tertentu, setelah saya transfers sisa saldo (uang) yang ada direkening saya tinggal sekian, ternyata untuk satu KPM dengan belanja Rp 200 000 saya hanya mendapat margin Rp 7500 belum dikurangi biaya oprasional. Jelasnya 

Lain hal dengan kami selaku media kontrol sosial, dari hasil penelusuran dan ungkapan agen serta warga,  maka dapat disimpukan, patut diduga adanya bacakan, alias bagi-bagi keuntungan dari kerugian orang lain yang dilakukan para oknum yang tidak amanah menjalankan program Pemerintah Pusat, karena margin agen dan harga, serta volume komoditi tidak berimbang, terindikasi adanya kejahatan secara terkodinir. (Tim)